Tulungagung

Makin “Pedas”, Harga Cabai Rawit Tembus Rp 110 Ribu per Kilogram, Begini Kata Dinas Pertanian Tulungagung

Foto: Pixabay

fourteenmedia.id — Harga cabai keriting di pasaran terbilang makin “pedas” dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan mencapai sekitar Rp 110 ribu per kilogram (kg). Faktor cuaca disebut membuat produksi cabai minim. Kondisi ini menyebabkan produsen kesulitan memenuhi tingginya permintaan pasar.

Untuk diketahui, hingga awal tahun ini, luasan lahan tanam cabai rawit di Tulungagung mencapai sekitar 79 hektare (ha), laham cabai keriting mencapai sekitar 34 ha, lahan cabai merah besar mencapai sekitar 20 ha, dan lahan bawang merah mencapai sekitar 12 ha. “Cabai rawit itu total produksinya 28.941 kuintal,” kata Kepala Dinas Pertanian Tulungagung, Suyanto.

Sayangnya jumlah itu belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Sebab, musim penghujan membuat produksi cabai rawit cenderung menurun sejak beberapa waktu belakangan. Buntutnya, baik pengepul atau pedagang terpaksa menjual dengan harga tinggi lantaran minimnya stok.

Baca Juga  Langkah Perseta 1970 Terhenti Fase Grup Liga 4 Jatim, Manajemen Beberkan Alasannya

“Karena demand and supply, hukum ekonomi. Kalau hujan cenderung menurun. Karena lahannya itu tadi kan di sawah. Di sawah kan otomatis untuk padi,” terangnya.

Meski faktor cuaca jadi siklus tahunan, Suyanto mengaku bahwa upaya untuk menekan harga cabai rawit saat mencapai titik tertinggi memang tidak mudah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melalui sosialisasi kepada para petani.

“Jadi kita sudah sudah melakukan sosialisasi kepada kelompok tani. Yang memungkinkan untuk ditanami lombok (cabai, Red) itu kita bercocok tanam. Itu sudah disampaikan lewat penyuluh-penyuluh termasuk ke teman-teman kita di OPD kita sampaikan juga,” akunya.

Baca Juga  Tak Ada Gugatan, KPU Kabupaten Tulungagung Segera Umumkan Paslon GABAH jadi Bupati-Wakil Bupati Terpilih di Pilkada 2024

Inovasi atau metode anyar dalam penanaman cabai di Tulungagung juga belum diterapkan secara masif. Mantan camat Ngantru ini menerangkan, metode tanam cabai dengan penerapan greenhouse memang sudah cukup dikenal. Tapi, hanya ada segelintir kelompok tani (poktan) di Kota Marmer yang tertarik menerapkan metode ini.

Disinggung soal prediksi jumlah produksi cabai rawit di masa panen selanjutnya, Suyanto mengaku belum dapat membuat proyeksi secara detil. Sebab, sebaran lahan tanam cabai di Tulungagung cukup bervariasi. Sedangkan, tingkat produktivitas suatu lahan dengan lahan lain juga berbeda.

“Insya Allah naik. Kemarin saja kita kan tanam cabai berapa hektar karena melihat harga cabe (tinggi, Red),” pungkasnya.

Related posts

Perdin Dipangkas Rp 20 M untuk Genjot Infrastruktur di Tulungagung

Adt

Sidang Perdana Sengketa Pilkada Tulungagung Digelar di MK, Ini Isi Dalil Kubu Mardinoto ke Hakim

Adt

Ibu Asal Tulungagung Jadi Tersangka Usai Coba Selundupkan Sabu ke Lapas

Faj

Leave a Comment